Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Budidaya Lada yang dimana dalam hal ini meliputi, persiapan lahan, pembersihan lahan, pengolahan tanah, pembuatan bedengan, persiapan panjat, penanaman tanaman lada, pemeliharaan tanaman lada, cara pemangkasan lada, cara merawat lada dengan baik, jenis tajar hidup untuk lada, tajar hidup tanaman lada dan cara menanam lada dengan biji, nah agar lebih dapat memahami dan dimengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.
Buah lada yang biasa juag disebut dengan Merica merupakan salah satu rempah yang berbentuk biji-bijian kecil. Latin Piper Albi Linn yakni tanaman kaya akan kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, juga pati. Lada terasa sedikit pahit, pedas, hangat dan antipiretik.
Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat
Tumbuhan lada ialah tumbuhan merambat dan memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur berwarna hijau pucat dan buram dengan ujung runcing yang tersebar dengan batang yang berbuku-buku. Bunga lada tersusun dalam bentuk bunga majemuk dan berkelamin tunggal tanpa memiliki hiasan bunga. Sedangkan buah lada berbentuk bulat dengan biji yang keras namun memiliki kulit buah yang lunak Tanaman ini sudah muali ditemukan dan dikenal sejak puluhan abada yang lalu.
Dalam pembudidayaan lada dengan tiang panjat memerlukan tahapan kegiatan antara lain, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan perawatan. Tahapan kegiatan tersebut merupakan teknis budidaya yang harus dilakukan dengan baik.
Persiapan Lahan Tanaman Lada
Teknik persiapan lahan untuk pembudidayaan lada berbeda-beda sesuai topografi dan jenis tanah. Bahkan pembukaan lahan baru dan peremajaan tanaman berbeda cara persiapan lahannya. Tahap-tahap persiapan lahan yaitu:
Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan ialah kegiatan awal dalam pengolahan tanah, biasanya pada lahan bukaan baru sering ditumbuhi oleh segala jenis gulam, semak dan pepohonan. Oleh karena itu, semak, gulma dan pepohonan ini harus disingkirkan. Kegiatan ini dilakukan saat musim kemarau.
Untuk lahan yang ditumbuhi alang-alang dan pepohonan kecil, kegiatan pembersihan bukan hanya menebang pohon dan alang-alang, tetapi juga pembuangan tunggulnya. Namun bila lahan hanya ditumbuhi alang-alang, selain secara manual, cara kimiawi pun dapat dilakukan yakni dengan penyemprotan herbisida sistematik. Cara ini dilakukan bila vegetasi alang-alang cukup luas. Untuk lahan yang ditumbuhi hutan sekunder, pepohonan dibersihkan dengan cara ditebang, dibongkar tunggulnya lalu dibakar.
Pengolahan Tanah Pertama
Setelah bersih dari gulam, semak dan pepohonan, tanah diolah dengan cara dicangkul, ditraktor atau dibajak sesuai kondisi lahan. Lahan bervegetasi alang-alang dan pepohonan kecil diolah dua kali dalam waktu sebulan. Sementara lahan bervegetasi hutan sekunder diolah tiga kali dalam waktu satu bulan. Setelah diolah yanah dibiarkan selam dua minggu lalu digaru.
Setelah diolah tanah diratakan dan dibagi menjadi beberapa petakan misalnya berukuran 5m x 5m. Petakan dibuat supaya pengelolaan tanaman menjadi lebih mudah. Pembentukan petakan harus memperhatikan garis tinggi “kontur” dan kemiringan lahan. Derajat kemiringan tanah optimum untuk dibuatkan petakan adalah 15 derajat celcius. Setiap petakan dilingkari oleh jelan dengan lebar sekitar satu meter. Selain jalan perlu juga dibuat parit untuk drainase dengan kedalaman 60 cm dan lebar 40 cm. Parit berfungsi untuk mencegah terjadinya genangan dan memudahkan peresapan air kedalam tanah.
Pada lahan dengan kemiringan lebih dari 15 derajat, perlu dibentuk teras. Teras dibuat untuk dapat mencegah terjadinya erosi. Lebar teras disesuaikan dengan kemiringan lahan. Pada umumnya teras dibuat selebar 200 cm tergantung topografi lahannya. Ada dua jenis teras yang dapat dibuat yakni teras individu dan teras bersambung. Teras individu dibuat pada lahan lereng dengan ukuran 2m x 2m dan dibuat miring kearah berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Sementara teras bersambung dibuat bersambung sesuai garis kontur.
Selain dibuat teras, pada lahan kering juga harus dibuat lubang-lubang penampungan air “rorakan” dibawah teras. Fungsi rorakan ini ialah untuk menampung air, memudahkan air hujan meresap kedalam tanah, menghindarkan genangan air dan mencegah erosi. Rorakan dibuat setiap 12-24 cm dengan panjang 2-4 m, lebar 20 cm dan kedalaman 20 cm.
Pengolahan Tanah Kedua
Setelah dibuat petakan atau teras, tanah perlu diolah kembali sebelum dibuat lubang tanam. Pengolahan tanah kedua ini dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk perakaran tanaman lada. Lada tidak berakar tunggang, tetapi dapat masuk kedalam tanah hingga 1-2 meter. Oleh karena itu pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam, cukup dilakukan pada tanah bagian atas yakni pada ketebalan 30-35cm.
Pengolahan tanah diawali dengan pencangkulan lapisan tanah atas sedalam satu cangkulan dan lebar. Tanah ini disisihkan ke samping, lalu tanah lapisan berikutnya dicangkul hingga menjadi cerul atau gembur. Setelah gembur masukan pupuk organik atau pupuk dasar berupa fosfat alam. Fosfat alam berfungsi menyediakan zat fosfat dalam jangka panjang dan memperbaiki kemasaman tanah.
Setelah itu tanah lapisan pertama dikembalikan keatas tanah lapisan kedua, dengan cara ini maka lapisan top soil akan kaya bahan organic, cukup mengandung zat fosfat, gembur, tidak mengalami erosi, tidak mudah tergenang air dan tingkat kemasaman tanah menjadi lebih baik. Kondisi ini akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman lada.
Pembuatan Bedengan
Setelah tanah diolah, lahan dibuat bedengan. Bedengan ini hanya dibuat pada tanah datar atau agak miring. Sementara pada tanah miring tidak perlu dibuat bedengan karena sudah berupa teras. Bedengan dibentuk dengan cara dibuat guludan-guludan. Jarak antar guludan sekitar 2 m dengan kedalaman sekitar 30 cm. Guludan juga berfungsi sebagai saluran pembuangan air. Dengan adanya guludan makan akan terbentuk bedengan-bedengan.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat ditengah bedengan, ukuran lubang tanam bagian atas 35 cm x 35 cm hingga 40 cm x 40 cm. Sementara bagian bawah lubang menyempit. Jarak antar lubang tanam tergantung jenis panjat. Apabila panjat berupa tanaman hidup, jarak antar lubang 2,5 hingga 3,5 cm sesuai kesuburan lahan. Sementara bila panjat berupa kayu gelondongan, kayu ulin atau tiang beton, jarak antar lubang cukup 2 m. Setelah lubang dibuat campur tanah hasil galian dengan pupuk kandang. Lalu campurkan tanah hasil galian dengan pupuk kandang. Lalu campuran tanah ini ditimbun dalam lubang.
Persiapan Panjat Tanaman Lada
Ada dua jenis panjat tanaman lada yakni panjat hidup dan panjat mati. Masing-masing panjat memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri sebagai berikut:
Panjat Hidup Lada
Panjat hidup berupa tanaman yang digunakan untuk memanjatkan tanaman lada. Panjatan hidup dapat ditanam beberapa bulan lada atau bersamaan dengan penanaman lada. Ada beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai panjatan, diantaranya dadap, lamtoro gung, kapok, dan kalikiria. Selain itu ada juga yang menggunakan tanaman buah-buahan sehingga ada hasil tambahan dari panjatan hidup tersebut.
Dadap merupakan panjatan hidup yang paling disukai petani lada, terutama petani kecil. Alasannya karena pertumbuhannya tergolong cepat, mudah diperoleh, murah dan dapat ditanam bersamaan penanamannya dengan penanaman bibit lada.
Lamtoro gung memang belum banyak digunakan sebagai panjat tanaman lada. Namun karena pertumbuhannya cepat dan kondisi tanamannya yang kuat maka lamtoro gung dapat dipertimbangkan sebagai panjatan. Apalagi lamtoro gung menghasilkan daun yang cukup banyak dan dapat dimanfaatkan sebagai mulsa tanaman lada.
Kapok juga dapat digunakan sebagai panjatan karena perkarannya kuat, hanya saja karena perakarannya sangat kuat maka dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan lada. Kalikiria merupakan tanaman pagar hidup yang banyak dimanfaatkan sebagai penahan angin. Tanaman ini mudah membentuk batang pokok ganda maupun tunggal. Daun dan cabangnya udah dipangkas untuk memperkaya nitrogen tanah dan bahan organik. Pertumbuhan kalikiria sangat cepat dan dengan mudah ditanam dari stump biasa sepanjang sekitar satu meter dengan diameter 3-5 cm. Oleh karena akar lateralnya cukup tebal maka dikhawatirkan akan mudah terjadi persaingan pertumbuhan akar.
Penanaman Tanaman Lada
Kegiatan awal proses penanaman ialah penyiapan bibit. Bibit paling baik ialah berupa setek. Panjang setek sekitar tujuh ruas. Setelah disiapkan pada bekas galian lubang tanam dibuat lubang baru dengan ukuran 20 cm x 20 cm.
Yang selanjutnya bibit stek dimasukan kedalam lubang tanam dengan posisi dasar stek berada dibagian bawah hingga kedalaman sekitar 10-30 cm atau sekitar empat ruas. Setek diletakkan dengan posisi 45 derajat celcius mengarah ketiang panjat. Setelah itu lubang ditutup kembali dengan tanah halus. Usahakan penimbunan tanah tidak diletakan agar posisi bibit menjadi kuat. Tanah yang ditimbun dibentuk agak cembung. Sementara sisa ruas setek dibagian luar lubang tanam diikat pada panjatan sementara atau permanen.
Umumnya musim tanam lada jatuh pada bulan November-Januari sehingga penyiraman bibit sesudah tanam bukan merupakan keharusan. Hanya saja pada periode tersebut dapat saja terjadi kekeringan. Tindakan yang dapat dilakukan agar bibit tidak mengalami kekeringan ialah penanaman lebih dari satu bibit. Untuk menghindari dari sinar matahari sementara agar tanaman tidak layak dan mati, perlu adanya pelindung bagi tanaman misalnya berupa pakis andam atau resam.
Pemeliharaan Tanaman Lada
Tujuan pemeliharaan tanaman lada secara keseluruhan antara lain untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan dan produksi serta menjaga kondisi lahan dan tanaman. Adapun beberapa tindakan pemeliharaan tanaman ialah penjagaan kondisi lahan, pengaturan, pertumbuhan tanaman, pemangkasan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit.
Demikianlah pembahasan mengenai Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi kalian semua, terima kasih banyak atas kunjungannya sampai jumpa di postingan berikutnya.